Minggu, 30 November 2014

SEJARAH COKLAT di INDONESIA

Sejarah Cokelat masuk ke Indonesia ternyata cukup panjang. Secara garis besar bisa terbagi menjadi dua periode yaitu periode sebelum kemerdekaan dan periode setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Walaupun bubuk cokelat telah dikenal sebagai pencampur minuman oleh bangsa indian suku Maya di Amerika tengah sejak abad sebelum masehi, namun baru abad ke-15 biji cokelat mulai di perkenalkan di belahan dunia lain. Dengan kegunaannya sebagai upeti atau alat barter bernilai tinggi, biji cokelat sebagai pencampur minuman diperkenalkan kepada bangsa Spanyol.
Usaha pengembangan pertanaman cokelat dirintis oleh bangsa Spanyol ke benua Afrika dan Asia. Di Afrika, cokelat diperkenalkan pada abad ke-15 dengan daerah penanaman terutama di Nigeria, Pantai Gading, dan Kongo. Pada waktu yang bersamaan cokelat juga di perkenalkan di Asia, terutama daerah-daerah yang berdekatan dengan kawasan pasifik.

PERIODE SEBELUM KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

Tahun 1560
Tanaman Kakao pertama kali masuk ke Indonesia. Masuk melalui jalur Philipine dan tiba di Sulawesi Utara. Asal dari biji Kakao ini dari Venezuela yang dibawa oleh pelaut-pelaut Spanyol yang sedang berlayar mencari rempah-rempah di Nusantara. Tanaman Kakao yang ditanam di Sulawesi Utara ini berjenis Criollo. Produksi cokelat ini relatif rendah dan peka terhadap serangan hama dan penyakit, tetapi rasanya enak. Jenis ini masih banyak terdapat di Sulawesi sampai sekarang.
Tahun 1806
Agak lama berselang, tanaman Kakao baru diperkenalkan ke Jawa. Terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Seiring dengan perkembangan tanaman kopi di Jawa, tanaman Kakao ditanam dengan naungan pohon kopi. Jenis yang ditanam di Jawa ini juga merupakan jenis Criollo.
Tahun 1880
Tanaman Kakao jenis Forastero mulai diperkenalkan di Indonesia. Jenis ini berasal dari Venezuela juga. Berbentuk lebih bundar dan gemuk dibandingkan jenis Criollo. Jenis Forestero mempunyai ketahanan terhadap hama yang lebih baik dibandingkan jenis Criollo. Kekurangan jenis ini adalah rasa dan aromanya kalah jika dibandingkan dengan jenis Criollo.
Tahun 1888
Tanaman Kakao jenis Criollo Java mulai dikembangkan di Sulawesi dan kemudian diperkenalkan di Jawa. Jenis ini merupakan mengembangan dari Criollo biasa yang berasal dari Venezuela. Tahun 1888 tercatat sebagai tahun ke-77 masuknya cokelat ke Indonesia. Adalah Dr. C.J.J. Van Hall orang yang pertama kali mengadakan seleksi terhadap pohon induk di Djati Renggo dan Getas. Kedua nama kebun tersebut digunakan untuk menamakan beberapa klon coklat jenis Criollo yang sampai saat ini masih digunakan, dengan kode DR dan G berbagai nomor.  Dari hasil penelitian saat itu, direkomendasikan bahan tanam klon-klon DR, KWC dan G dengan berbagai nomor.
Tahun 1914
Buku yang menceritakan tentang Kakao Indonesia pertama kali muncul. Ditulis oleh Dr. J.C.C. Hall berkebangsaan Inggris. Buku ini menceritakan tentang tanaman yang ada di Nusantara dan salah satunya adalah Kakao. Dr. C.J.J. Van Hall. MacGillvray, Van Der Knaap adalah peneliti-peneliti yang giat melakukan seleksi guna mendapatkan bahan tanam unggul maupun klon induk pada awal pertanaman cokelat di Indonesia. Baru pada tahun 1914, MacGillvray telah menulis buku mengenai cokelat, kemudian dituliskannya lagi pada tahun 1932 sebagai edisi ke-dua.
Tahun 1938
Budidaya Kakao mulai mengalami peningkatan yang pesat. Pada periode ini ada 29 perkebunan Kakao Indonesia yang tercatat. Perkebunan kakao ini terdistribusi : 13 perkebunan di Jawa Barat, 7 perkebunan di Jawa tengah, dan 9 perkebunan di Jawa Timur. Perkembangannya juga di dorong oleh meluasnya penyakit karat daun kopi oleh Hemeleia vastatrix, sehingga menyebabkan musnahnya areal pertanaman kopi di Jawa. Disamping itu oleh perusahaan perkebunan, pengembangan usaha cokelat juga dilakukan oleh petani pekebun, terutama di Jawa Barat.

PERIODE SETELAH KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

Tahun 1973
Mulai diperkenalkan cokelat jenis Bulk melalui seleksi yang dilakukan oleh PT Perkebunan VI dan Balai Penelitian Perkebunan (BPP) Medan. Cokelat jenis Bulk pada tahun berikutnya memperkecil kemungkinan untuk memperluas penanaman cokelat jenis Criollo. Seperti diketahui, cokelat jenis Bulk dikenal sebagai jenis cokelat yang relatif tahan akan hama dan penyakit, produksinya tinggi walaupun rasanya sedang-sedang saja.
Program pemuliaan PT Perkebunan VI dan BPP Medan itu, yang tetuanya terdiri dari biji-biji campuran Na, Pa, Sca, ICS, GG, DR, Poerboyo dan Getas, menghasilkan biji yang dikenal dengan nama varietas sintetik 1, 2, dan 3. Tetua tersebut berupa biji illegitim hibrida F1 dari Malaysia, yang ditanam sebanyak 150.000 pohon.
Tahun 1976
BPP Jember juga melakukan program pemuliaannya dalam rangka untuk mendapatkan bahan tanam hibrida. Pemuliaan ini bertujuan untuk menghasilkan bahan tanam biji hibrida dengan efek heterosis. Sejumlah persilangan dari klon-klon ICS, Sca, dan DR telah diuji untuk maksud itu. Secara bersamaan usaha untuk mendapatkan bahan tanam klon yang dapat di jadikan sebagai induk maupun bahan tanam praktek juga dilaksanakan di kebun Kaliwining Jember, dan Malangsari.
Di Sumatra Utara, penelitian yang sama terus dilaksanakan dalam rangka pengembangan pertanaman cokelat. Beberapa PT Perkebunan mulai melakukan penanaman cokelat Bulk, seperti PT Perkebunan IV dan II. PT Perkebunan II bahkan melakukan perluasan penanaman cokelat di Irian Jaya dan Riau serta membangun kebun benih cokelat di Maryke, Medan. Pembangunan kebun benih cokelat tersebut dilaksanakan bersama P4TM (Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa) Medan yang saat ini telah menghasilkan bahan tanam biji hibrida, dengan tetua klon-klon Sca, ICS, Pa, TSH, dan IMS. Biji-biji hibrida yang dihasilkan kebun benih cokelat masih dalam tahap pengujian.
Tahun 1980
Bila pada tahun 1970-1977 produksi biji kakao indonesia hanya 2.000-3.000 ton, maka pada tahun 1980 angka itu melonjak menjadi 7.000 ton. Dengan produksi coklat dunia saat ini 1.600.000 ton, maka potensi Indonesia sebagai penghasil cokelat masih baik prospeknya. Bahkan pada periode tersebut, Indonesia sudah mulai menjadi negara penghasil Kakao nomer 3 terbesar di dunia.
Tahun 2011
Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah mulai mengurangi ekspor bahan mentah berupa biji Kakao kering. Pemerintah berkeinginan agak biji kakao yang dihasilkan di Indonesia bisa mulai diproduksi di Indonesia dan menjadi produk jadi sebelum akhirnya di ekspor.
Tahun 2013
Cokelat nDalem hadir di Indonesia pada tanggal 1 Maret 2013. Bermula dari rumah tinggal di kawasan Jalan Kauman No.32 Yogyakarta. Dengan tagline Heartfully made chocolate, Cokelat nDalem berharap bahwa cokelat yang dibuat dari hati, dengan sepenuh hati, akan diberikan kepada kerabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar