Sejarah Cokelat masuk ke Indonesia
ternyata cukup panjang. Secara garis besar bisa terbagi menjadi dua periode
yaitu periode sebelum kemerdekaan dan periode setelah kemerdekaan Indonesia
pada tahun 1945. Walaupun bubuk cokelat telah dikenal sebagai pencampur minuman
oleh bangsa indian suku Maya di Amerika tengah sejak abad sebelum masehi, namun
baru abad ke-15 biji cokelat mulai di perkenalkan di belahan dunia lain. Dengan
kegunaannya sebagai upeti atau alat barter bernilai tinggi, biji cokelat
sebagai pencampur minuman diperkenalkan kepada bangsa Spanyol.
Usaha pengembangan pertanaman
cokelat dirintis oleh bangsa Spanyol ke benua Afrika dan Asia. Di Afrika, cokelat
diperkenalkan pada abad ke-15 dengan daerah penanaman terutama di Nigeria,
Pantai Gading, dan Kongo. Pada waktu yang bersamaan cokelat juga di perkenalkan
di Asia, terutama daerah-daerah yang berdekatan dengan kawasan pasifik.
PERIODE SEBELUM KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA
Tahun 1560
Tanaman Kakao pertama kali masuk ke
Indonesia. Masuk melalui jalur Philipine dan tiba di Sulawesi Utara. Asal dari
biji Kakao ini dari Venezuela yang dibawa oleh pelaut-pelaut Spanyol yang
sedang berlayar mencari rempah-rempah di Nusantara. Tanaman Kakao yang ditanam
di Sulawesi Utara ini berjenis Criollo. Produksi cokelat ini relatif rendah dan
peka terhadap serangan hama dan penyakit, tetapi rasanya enak. Jenis ini masih
banyak terdapat di Sulawesi sampai sekarang.
Tahun 1806
Agak lama berselang, tanaman Kakao
baru diperkenalkan ke Jawa. Terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Seiring
dengan perkembangan tanaman kopi di Jawa, tanaman Kakao ditanam dengan naungan
pohon kopi. Jenis yang ditanam di Jawa ini juga merupakan jenis Criollo.
Tahun 1880
Tanaman Kakao jenis Forastero mulai
diperkenalkan di Indonesia. Jenis ini berasal dari Venezuela juga. Berbentuk
lebih bundar dan gemuk dibandingkan jenis Criollo. Jenis Forestero mempunyai
ketahanan terhadap hama yang lebih baik dibandingkan jenis Criollo. Kekurangan
jenis ini adalah rasa dan aromanya kalah jika dibandingkan dengan jenis Criollo.
Tahun 1888
Tanaman Kakao jenis Criollo Java
mulai dikembangkan di Sulawesi dan kemudian diperkenalkan di Jawa. Jenis ini
merupakan mengembangan dari Criollo biasa yang berasal dari Venezuela. Tahun
1888 tercatat sebagai tahun ke-77 masuknya cokelat ke Indonesia. Adalah Dr.
C.J.J. Van Hall orang yang pertama kali mengadakan seleksi terhadap pohon induk
di Djati Renggo dan Getas. Kedua nama kebun tersebut digunakan untuk menamakan
beberapa klon coklat jenis Criollo yang sampai saat ini masih digunakan, dengan
kode DR dan G berbagai nomor. Dari hasil
penelitian saat itu, direkomendasikan bahan tanam klon-klon DR, KWC dan G
dengan berbagai nomor.
Tahun 1914
Buku yang menceritakan tentang
Kakao Indonesia pertama kali muncul. Ditulis oleh Dr. J.C.C. Hall berkebangsaan
Inggris. Buku ini menceritakan tentang tanaman yang ada di Nusantara dan salah
satunya adalah Kakao. Dr. C.J.J. Van Hall. MacGillvray, Van Der Knaap adalah
peneliti-peneliti yang giat melakukan seleksi guna mendapatkan bahan tanam
unggul maupun klon induk pada awal pertanaman cokelat di Indonesia. Baru pada
tahun 1914, MacGillvray telah menulis buku mengenai cokelat, kemudian
dituliskannya lagi pada tahun 1932 sebagai edisi ke-dua.
Tahun 1938
Budidaya Kakao mulai mengalami
peningkatan yang pesat. Pada periode ini ada 29 perkebunan Kakao Indonesia yang
tercatat. Perkebunan kakao ini terdistribusi : 13 perkebunan di Jawa Barat, 7
perkebunan di Jawa tengah, dan 9 perkebunan di Jawa Timur. Perkembangannya juga
di dorong oleh meluasnya penyakit karat daun kopi oleh Hemeleia vastatrix,
sehingga menyebabkan musnahnya areal pertanaman kopi di Jawa. Disamping itu
oleh perusahaan perkebunan, pengembangan usaha cokelat juga dilakukan oleh
petani pekebun, terutama di Jawa Barat.
PERIODE SETELAH KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA
Tahun 1973
Mulai diperkenalkan cokelat jenis
Bulk melalui seleksi yang dilakukan oleh PT Perkebunan VI dan Balai Penelitian
Perkebunan (BPP) Medan. Cokelat jenis Bulk pada tahun berikutnya memperkecil
kemungkinan untuk memperluas penanaman cokelat jenis Criollo. Seperti
diketahui, cokelat jenis Bulk dikenal sebagai jenis cokelat yang relatif tahan
akan hama dan penyakit, produksinya tinggi walaupun rasanya sedang-sedang saja.
Program pemuliaan PT Perkebunan VI
dan BPP Medan itu, yang tetuanya terdiri dari biji-biji campuran Na, Pa, Sca,
ICS, GG, DR, Poerboyo dan Getas, menghasilkan biji yang dikenal dengan nama
varietas sintetik 1, 2, dan 3. Tetua tersebut berupa biji illegitim hibrida F1
dari Malaysia, yang ditanam sebanyak 150.000 pohon.
Tahun 1976
BPP Jember juga melakukan program
pemuliaannya dalam rangka untuk mendapatkan bahan tanam hibrida. Pemuliaan ini
bertujuan untuk menghasilkan bahan tanam biji hibrida dengan efek heterosis.
Sejumlah persilangan dari klon-klon ICS, Sca, dan DR telah diuji untuk maksud
itu. Secara bersamaan usaha untuk mendapatkan bahan tanam klon yang dapat di
jadikan sebagai induk maupun bahan tanam praktek juga dilaksanakan di kebun
Kaliwining Jember, dan Malangsari.
Di Sumatra Utara, penelitian yang
sama terus dilaksanakan dalam rangka pengembangan pertanaman cokelat. Beberapa
PT Perkebunan mulai melakukan penanaman cokelat Bulk, seperti PT Perkebunan IV
dan II. PT Perkebunan II bahkan melakukan perluasan penanaman cokelat di Irian
Jaya dan Riau serta membangun kebun benih cokelat di Maryke, Medan. Pembangunan
kebun benih cokelat tersebut dilaksanakan bersama P4TM (Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa) Medan yang saat ini telah menghasilkan
bahan tanam biji hibrida, dengan tetua klon-klon Sca, ICS, Pa, TSH, dan IMS.
Biji-biji hibrida yang dihasilkan kebun benih cokelat masih dalam tahap
pengujian.
Tahun 1980
Bila pada tahun 1970-1977 produksi
biji kakao indonesia hanya 2.000-3.000 ton, maka pada tahun 1980 angka itu
melonjak menjadi 7.000 ton. Dengan produksi coklat dunia saat ini 1.600.000
ton, maka potensi Indonesia sebagai penghasil cokelat masih baik prospeknya.
Bahkan pada periode tersebut, Indonesia sudah mulai menjadi negara penghasil
Kakao nomer 3 terbesar di dunia.
Tahun 2011
Pemerintah Indonesia melalui
Peraturan Pemerintah mulai mengurangi ekspor bahan mentah berupa biji Kakao
kering. Pemerintah berkeinginan agak biji kakao yang dihasilkan di Indonesia
bisa mulai diproduksi di Indonesia dan menjadi produk jadi sebelum akhirnya di
ekspor.
Tahun 2013
Cokelat nDalem hadir di Indonesia
pada tanggal 1 Maret 2013. Bermula dari rumah tinggal di kawasan Jalan Kauman
No.32 Yogyakarta. Dengan tagline Heartfully made chocolate, Cokelat nDalem
berharap bahwa cokelat yang dibuat dari hati, dengan sepenuh hati, akan
diberikan kepada kerabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar